Beijing, — Dalam gelaran “The Fourth Wanshou Dialogue”, tentang Keamanan Global yang berlangsung di Beijing, Mayjen TNI (Purn) Benny Octaviar, mantan Kapusjiantra TNI dan Koordinator Staf Ahli Panglima TNI, tampil dengan pernyataan tegas mengenai pentingnya transformasi peran negara-negara besar dalam menjaga perdamaian dunia.
Menurut Benny, dunia saat ini berada dalam situasi yang kompleks dan bergejolak, di mana ancaman tradisional seperti konflik militer dan ancaman non-tradisional seperti krisis pangan, iklim, dan teknologi saling berkaitan erat.
Benny mengatakan, bahwa negara-negara besar harus menolak pola pikir zero-sum dan bertindak sebagai pemangku kepentingan yang bertanggung jawab dalam menjaga ketertiban internasional.
“Kesetaraan kedaulatan, saling menguntungkan, dan hidup berdampingan secara damai harus menjadi prinsip utama, bukan standar ganda atau pengekangan geopolitik,” ujarnya.
Ia juga menyerukan agar negara-negara, terutama di tengah era perpecahan global saat ini, memperkuat semangat persatuan dan kerja sama lintas batas.
Dialog yang mengusung tema “Keamanan Universal di Dunia yang Bergolak: Tanggung Jawab Negara-negara Besar” ini menghadirkan lebih dari 50 pakar keamanan dari lebih 30 negara dan diselenggarakan oleh Asosiasi Rakyat Tiongkok untuk Perdamaian dan Perlucutan Senjata.
Dalam pembukaan acara, Liu Jianchao, Menteri Departemen Internasional, Tiongkok, menegaskan bahwa negara besar harus menjadi contoh dalam menjaga perdamaian dunia, menegakkan keadilan, serta menghormati kedaulatan dan pilihan pembangunan setiap bangsa. Ia juga menekankan pentingnya multilateralisme dan peran Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai pusat tata kelola global.
Sejumlah tokoh dunia juga turut memberikan pandangan:
Douglas Bandow, mantan Asisten Khusus Presiden AS Ronald Reagan dan peneliti senior di Cato Institute, menyoroti pentingnya hubungan Tiongkok-AS dalam menjaga perdamaian, dengan mendorong dialog, pertukaran antarmasyarakat, dan koeksistensi damai.
Zizi Kodwa, anggota Komite Eksekutif Nasional Kongres Nasional Afrika (ANC) dan mantan Menteri Olahraga, Seni, dan Budaya Afrika Selatan, menyatakan bahwa di era transformasi global saat ini, negara besar harus tampil sebagai pelindung, bukan sumber kekacauan.
Andrey Kortunov, mantan Direktur Jenderal Dewan Urusan Internasional Rusia, mengingatkan bahwa globalisasi adalah proses tak terelakkan dan negara besar harus memperkuat kerja sama demi kestabilan dunia.
Pino Arlacchi, mantan Wakil Sekretaris Jenderal PBB, mengapresiasi kontribusi negara-negara Selatan dalam menciptakan lingkungan dunia yang bebas konflik dan menyebut Tiongkok sebagai panutan dalam strategi keamanan berbasis kerja sama dan kedamaian.
Pesan kuat dari Benny dan dan para tokoh perdamaian global menegaskan bahwa keamanan internasional tidak bisa dibangun dengan ego nasional atau dominasi kekuatan, melainkan lewat kolaborasi, saling percaya, dan penghormatan atas keadilan dunia.