Pekanbaru, – Suasana politik internal Partai Persatuan Pembangunan (PPP) di Provinsi Riau tengah diwarnai ketegangan menyusul pernyataan mengejutkan dari Sekretaris Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PPP Kabupaten Pelalawan, Dwi Surya Pamungkas. Dalam pernyataannya kepada media, Dwi menuding salah satu Wakil Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PPP telah menyebarkan hoaks dalam proses konsolidasi politik di Bumi Melayu.

Tudingan tersebut langsung menuai respons keras dari jajaran pengurus wilayah. Salah satunya datang dari Arbi Irawan, SH, MH. Pengurus Harian DPW PPP Provinsi Riau. Dalam pernyataan tertulis yang disampaikan kepada wartawan, Arbi menyebut bahwa pernyataan Dwi sangat tidak berdasar, tidak berdokumen, dan terkesan asal-asalan.

Ardi menilai Dwi tidak memahami mekanisme internal partai, terutama terkait Musyawarah Wilayah Luar Biasa (Muswil Lub), yang menjadi titik awal dari polemik ini. Ia menegaskan bahwa setiap langkah organisasi telah melalui prosedur sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) partai yang berlaku.

“Kalau tidak mengerti persoalan, apalagi soal Muswil Lub, sebaiknya jangan berbicara ke media. Jangan ngelawak, ini organisasi politik serius, bukan tempat lelucon. Publik kita cerdas, jangan sampai dibodohi dengan narasi yang tidak akurat,” tegas Arbi.

Lebih lanjut, Arbi menyoroti lemahnya kinerja DPC PPP Kabupaten Pelalawan di bawah kepemimpinan yang saat ini dijalankan oleh Dwi Surya Pamungkas. Ia menyebut bahwa sejak Dwi menjadi Sekretaris DPC, PPP justru tidak berhasil meraih satu pun kursi di DPRD Kabupaten Pelalawan pada Pemilu 2024.

“Jangankan membawa PPP meraih kursi, dirinya sendiri maju sebagai calon legislatif dan gagal. Ini seharusnya menjadi bahan evaluasi diri, bukan malah menyerang kepemimpinan pusat yang sedang bekerja menyatukan kekuatan partai,” ujarnya tajam.

Arbi juga mengungkap fakta yang tak kalah memprihatinkan: DPC PPP Pelalawan justru pernah menyingkirkan salah satu kader unggulan partai, Junaidi Purba atau yang akrab disapa Gope. Sebelumnya, Gope menjabat sebagai Ketua DPC PPP Pelalawan dan dikenal luas memiliki basis massa kuat di daerah tersebut. Namun, karena konflik internal, Gope justru didepak dari struktur.

Lebih lanjut, Arbi membuka kembali luka lama dalam tubuh DPC PPP Pelalawan. Ia menyinggung bagaimana DPC justru menyingkirkan kader potensial, Junaidi Purba atau yang akrab disapa Gope, dari struktur partai. Gope, yang dikenal memiliki basis massa kuat dan pernah menjabat sebagai Ketua DPC, tersingkir akibat konflik internal.

“Akibat kebijakan tidak rasional dari DPC, Gope terpaksa maju dari partai lain dan berhasil lolos ke DPRD. Sementara PPP Pelalawan justru gagal total. Ini ironi yang menyakitkan sekaligus bukti bahwa kepemimpinan DPC sangat lemah secara strategi politik,” kata Arbi, yang juga dikenal sebagai salah satu tokoh muda PPP Riau.

Gope, menurut Arbi, merupakan figur yang diandalkan dalam kontestasi lokal. Keputusan untuk mengeluarkannya dari struktur tanpa alasan yang jelas menunjukkan bahwa DPC tidak mengedepankan rasionalitas politik, tetapi justru terjebak dalam konflik personal dan manuver sesaat.

Selain kritik kinerja, Arbi juga menyoroti kejanggalan dalam proses pengangkatan pengurus DPC PPP Pelalawan saat ini. Ia menyebut bahwa DPW sebenarnya telah merekomendasikan Junaidi Purba sebagai Ketua dan Yose Saputra sebagai Sekretaris. Namun, yang tercantum dalam SK DPP justru berbeda: Yose sebagai Ketua dan Dwi sebagai Sekretaris.

“Lalu, sejak kapan dia jadi kader? Tahun 2019 saja masih nyaleg dari Hanura, tiba-tiba 2021 sudah jadi pimpinan partai yang dulunya punya 2 kursi di DPRD Pelalawan. Itu lah susahnya kalau belum punya kematangan politik. Tak tahu diri,” tukas Arbi.

Tak hanya itu, Arbi mengungkap bahwa penunjukan Dwi sempat menjadi bahan ejekan di antara partai-partai lain. Ia mengutip seorang kader PKB yang menyindir, “Dia saja kami buang, kalian pula yang tampung.”

Sindiran ini, menurut Arbi, menyakitkan namun mencerminkan lemahnya seleksi kaderisasi di level DPC, serta kegagalan partai dalam membaca peta politik lokal secara cermat.

Situasi ini mencerminkan dinamika internal PPP di daerah yang masih menghadapi tantangan besar, baik dalam konsolidasi kader maupun penguatan basis massa. Dengan kontestasi politik 2029 yang mulai dipersiapkan dari sekarang, berbagai pihak dalam tubuh PPP Riau berharap agar konflik internal segera diselesaikan dan arah perjuangan politik kembali difokuskan pada kepentingan rakyat, bukan sekadar perebutan jabatan.

“Kalau semua pihak mau jujur dan rendah hati, kita bisa duduk bersama membangun PPP. Tapi kalau masing-masing merasa paling benar dan bicara tanpa dasar, partai ini akan terus tersandung oleh masalah internal,” pungkasnya.

Previous articlePerkuat Kemanunggalan TNI-Rakyat, Babinsa Koramil/Plg Gelar Komsos Penuh Kehangatan
Next articlePatroli Cegah Karhutla, Babinsa Tanah Merah Pastikan Wilayah Aman: Titik Api dan Asap Nihil