Indragiri Hilir — Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau, terus menunjukkan tren peningkatan signifikan sejak awal tahun 2025.
Berdasarkan data terbaru yang dirilis Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Indragiri Hilir, jumlah kasus DBD per awal Mei 2025 telah mencapai 197 kasus, meningkat dari 179 kasus yang dilaporkan sebelumnya.
Kondisi ini memicu kekhawatiran serius di kalangan masyarakat dan pemerintah daerah, terlebih setelah dilaporkan enam orang meninggal dunia akibat penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti tersebut. Rinciannya, dua korban meninggal dunia pada bulan Februari, tiga orang pada Maret, dan satu orang pada April.
Lonjakan kasus ini mendorong Pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) untuk DBD. Status ini diumumkan menyusul tingginya angka penyebaran yang terjadi dalam waktu relatif singkat dan menyebar di beberapa wilayah kecamatan.
“Penetapan status KLB dilakukan sebagai bentuk respon cepat pemerintah daerah dalam menanggulangi peningkatan kasus DBD yang cukup drastis dalam beberapa bulan terakhir,” ujar Plt Sub Koordinator Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P3M) Dinkes Inhil, Fahrul Rizal, mewakili Kepala Dinas Kesehatan Inhil, Rahmi Indrasuri. Rabu (14/5/25) pagi di ruangan kerjanya.
Dari total 197 kasus yang tercatat, sebaran terbanyak berada di 5 kecamatan, yakni Sungai Guntung Kecamatan Kateman, Tembilahan Hulu, Pulau Burung, Kempas Jaya dan Kota Baru Keritang. Di antara wilayah tersebut, Sungai Guntung, Kecamatan Kateman, menjadi daerah dengan jumlah kasus tertinggi, yakni mencapai 58 kasus hingga awal Mei.
“Wilayah ini menjadi perhatian khusus karena angka kasusnya paling tinggi. Kami sudah menurunkan tim untuk melakukan penyelidikan epidemiologi dan intervensi lapangan,” tambah Fahrul.
Sebagai langkah penanganan, Dinkes Inhil melakukan berbagai upaya dengan berkoordinasi dengan pihak Puskesmas yang ada di KabupatenIndragiriHilir, termasuk penyelidikan epidemiologi dan penyelidikan vektor di sekitar lokasi tempat tinggal pasien, dengan radius 100 hingga 200 meter. Pemeriksaan difokuskan pada kemungkinan penularan lokal dan keberadaan tempat berkembang biak nyamuk Aedes aegypti.
“Jika ditemukan warga dengan gejala demam yang mengarah ke DBD serta lokasi penampungan air yang menjadi sarang nyamuk, maka dilakukan tindakan cepat berupa fogging (pengasapan) dan pemberian bubuk abate pada tempat penampungan air,” jelasnya.
Selain intervensi langsung di lapangan, Dinkes juga menggencarkan kampanye Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Masyarakat diminta untuk aktif memantau dan membersihkan lingkungan sekitar, terutama pada wadah-wadah yang berpotensi menampung air seperti kaleng bekas, pot bunga, ban bekas, dan botol plastik.
“Peran masyarakat sangat penting. Tanpa kesadaran bersama, penanganan akan sulit. Kami terus mengimbau agar warga menjaga kebersihan lingkungan dan melakukan 3M Plus 3M plus ( Menutup, Menguras dan Mengubur/Mendaur Ulang). Plus nya memelihara ikan pemakan jentik, pakai obat nyamuk, memakai kawat kasa pada jendela dan lainnya,” kata Fahrul.
Pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir berharap agar kasus DBD tidak terus bertambah. Dengan pelibatan seluruh pihak, baik dari unsur pemerintahan, tenaga kesehatan, hingga masyarakat, diharapkan bisa memutus mata rantai penyebaran DBD sebelum memasuki puncak musim hujan.
“Kami tidak ingin ada lagi korban jiwa. Oleh karena itu, kami terus memperkuat koordinasi lintas sektor dan menggencarkan edukasi ke masyarakat,” tutup Fahrul Rizal.**