Home Featured Kisah Wukuf di Padang Arafah, dan Pertemuan Adam & Hawa

Kisah Wukuf di Padang Arafah, dan Pertemuan Adam & Hawa

0
Kisah Wukuf di Padang Arafah, dan Pertemuan Adam & Hawa
padang_arafah_tahun_1935

Kundur News_Jamaah haji dari seluruh dunia setiap tahunnya saling bertemu di Arafah, khususnya  untuk melaksanakan salah satu rukun haji, yakni wukuf di padang Arafah.

Arafah yaang berarti kenal, memiliki nilai sejarah yang sangat penting bagi umat Islam. Sebab, di tempat inilah, Rasulullah SAW menerima wahyu dari Allah SWT tentang kesempurnaan agama Islam. (QS> Al-Maidah (5) ayat 3).

Disamping hal tersebut, Arafah khususnya di Jabal Rahmah, diyakini sebagai tempat bertemunya nenek moyang manusia pertama di dunia (Adam dan Hawa), setelah diturunkan dari surga. Saat diturunkan ke bumi, keduanya hidup terpisah. Keduanya kemudian saling mencari. Beratus-ratus tahun dalam pencariannya, lalu kedua bertemu di padang Arafah, tepatnya di pegunungan kecil bernama Jabal Rahmah. Kisah mengenai Adam dan Hawa serta perjumpaan mereka di Arafah ini masih membutuhkan penjelasan lebih lanjut.

Mereka yang sebelumnya hidup di surga dalam kecukupan (tanpa kekurangan), namun karena melanggar larangan Allah, akhirnya harus hidup susah dan penuh perjuangan. Mereka harus menerima pahit getirnya hidup di dunia dan harus berpisah satu sama lain.

Mengapa keduanya bisa bertemu di Arafah?

Ada riwayat yang menyebutkan para malaikat mengingatkan Adam dan Hawa, setelah keduanya diturunkan ke bumi (akan tempat tersebut). Ini dimaksudkan agar mereka mengakui (mengetahui) dosa-dosanya dan memohon ampunan kepada Allah. Kemudian Adam dan Hawa telah mengetahui (arafa) akan kesalahan dan dosa-dosanya. Mereka juga diberitahu (yu’rafu) caranya bertaubat.

Ada pula kisah lain yang menceritakan, saat Jibril memberi tahu Ibrahim cara menunaikan haji di tempat ini. Jibril bertanya: ”Arafta (tahukah Anda?), Ya Ibrahim,” Ibrahim menjawab: ”Araftu (Aku mengetahui).”

Berdasarkan keterangan ini, Arafah bisa berarti sebagai upaya manusia untuk mengenali Tuhannya. Manusia datang ke tempat tersebut untuk memohon ampun atas segala dosa-dosa dan mengakui kesalahannya dengan penuh kerendahan hati. Di tempat ini, semua manusia (jamaah haji) sama kedudukannya. Tidak ada jabatan, pangkat dan golongan, semuanya sampa di hadapan Allah SWT, kecuali ketaqwaannya.

Pakaian mereka pun sama dan seragam, tidak ada bedanya antara kaya dan miskin, yang pangkatnya tinggi dan rendah. Tidak ada rasa sombong dan angkuh. Semua merendahkan diri mengharap ampunan Ilahi.

Keutamaan Arafah adalah sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW, yang artinya: ”Doa yang paling afdhal adalah doa di hari Arafah”. Dalam riwayat lain, Nabi bersabda: ”Tidak ada hari yang paling banyak Allah menentukan pembebasan hambanya dari neraka, kecuali hari Arafah”.

Kemudian melanjutkan perjalanan ke Mina sekitar 5 km untuk melempar jumrah. Kemudian thawaf ifadhah di Makah, Sa’i dan tahallul. Selesailah sudah prosesi ibadah haji. Mereka pulang dengan sebutan haji dan hajjah yang mabrur.*

 

(Sumber:ihram)