Keluarga korban MH370 butuh bukti, bukan teori konspirasi

Tepat hari ini, Minggu (8/3), setahun insiden hilangnya pesawat Malaysia Airlines MH370 rute Kuala Lumpur-Beijing. Keluarga Warga Negara Indonesia yang turut raib merasa gerah dengan banyaknya teori konspirasi disebar di media massa dan forum-forum online.

Karena hilang tanpa kejelasan, MH370 disebut korban pembajakan, sabotase pilot, imbas perang AS-Rusia, sampai diculik alien. Pihak yang menyebar isu ini mulai dari penggila teori konspirasi sampai pakar penerbangan kredibel.

Santi (43), adik dari Sugianto Lo, salah seorang penumpang MH370 yang hilang asal Medan, kepada merdeka.com meragukan semua spekulasi terkait hilangnya pesawat tujuan Beijing itu.

Sebagai orang awam, dia mengatakan MH370 jadi misteri karena ketiadaan bukti. Dia juga tidak percaya jika ada yang menduga pesawat itu hilang karena alien, seperti yang belakangan ini diembuskan.

“Saya enggak percaya alien. Kita pakai logika saja, perlu bukti,” sebutnya.

Saat ini keluarga Sugianto dan Vinny terus berdoa agar pasangan yang dikaruniai 2 putra dan 1 putri itu selamat. Sebagai keturunan Tionghoa, ketidakpastian selama ini turut berdampak pada keluarga. Santi mengatakan keluarganya belum bisa menggelar ritual kematian, meski keduanya telah setahun ikut hilang bersama pesawat Boeing 777-200 ER itu.

“Kami orang Cina ada juga ritual yang harus diselenggarakan, seperti 7 hari atau setahun (setelah kematian). Tapi kami belum buat karena kami tidak lihat buktinya, tidak ada puing. Sekarang ini kan masih 50-50,” ucap Santi.

Karena itu, kata dia, pihak keluarga mendesak agar pencarian terus dilakukan sampai ada kejelasan dengan bukti-bukti yang sah.

“Untuk pemerintah Indonesia kami berharap ada perhatian untuk rakyat yang kena musibah. Mintalah tanggung jawab kepada pemerintah Malaysia. Untuk pemerintah Malaysia, harus tetap mencari dan lebih serius lagi,” sambung Santi.

Sesuai manifes yang dilansir Malaysia Airlines, ada tujuh WNI terdaftar sebagai penumpang pesawat tersebut. Mereka adalah Firman Siregar (25 tahun), Lo Sugianto (47), Indra Suria Tanurisam (57), Chynthya Tio Vinny (47) dan Willy Surijanto Wang (53) serta dua orang terdaftar dengan nama Ferry Indra Suadaya, masing-masing berusia 42 dan 35 tahun. Tiga berasal dari Medan, sedangkan sisanya domisili di DKI Jakarta.

Selain WNI, penumpang pesawat itu terdiri atas 152 warga Cina, 38 orang Malaysia, lima India, tujuh Australia, tiga Prancis, tiga Amerika Serikat, dua Selandia Baru, dua Ukraina, dua Kanada, dan masing-masing satu dari Rusia, Italia, Taiwan, Belanda dan Austria.

Pilot pesawat itu adalah Kapten Zaharie Ahmad Shah, warga negara Malaysia berumur 53 tahun. Zaharie bekerja di Malaysia Airlines sejak 1981 dan memiliki 18,365 jam terbang.

Previous articlePendukung Ahok: Penjarakan pembegal APBD DKI!
Next articleUSB SMPN 3 Kundur Barat, Diresmikan !